Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia berdasar Riskesdas Tahun 2018. Diperkirakan 500 ribu orang di Indonesia mengalami stroke setiap tahunnya, 2,5% meninggal dunia dan sekitar 97,5% pasien stroke mengalami gangguan fungsi anggota gerak, gangguan verbal dan penurunan fungsi kognitif. Data pasien yang dirawat di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi menunjukkan tingkat kemampuan pasien dalam aktifitas sehari-hari, 48,4% ketergantungan total dan 51,6% ketergantungan parsial. Hal ini menunjukkan masih tingginya gangguan fungsi anggota gerak pada pasien stroke di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Angka kejadian decubitus sebagai indikator mutu keperawatan, tahun 2020 sebanyak 2,08% dan masih belum mencapai standar 1,5%.
Inovasi BLITAR SERASI berupa terapi non farmakologi dengan menggunakan self healing, ROM (Range Of Motion) dan terapi musik. Self healing akan membantu pasien stroke menerima kondisinya dan membutuhkan peran aktif dari keluarga. ROM adalah latihan gerak untuk mencegah kekakuan sendi dan otot sejak dini. Terapi musik untuk memberikan rasa rileks dan nyaman pada pasien.
Stroke memerlukan perawatan secepatnya untuk mencegah penurunan fungsi anggota gerak, verbal dan kognitif. Inovasi Blitar Serasi merupakan terapi nonfarmakologi yang melibatkan perawat, fisioterapis, dan psikolog klinis. Inovasi Blitar Serasi diberikan sejak dini kepada pasien dan keluarga, agar pasien dan keluarga mampu melanjutkan terapi nonfarmakologi ini dirumah.
Tujuan inovasi adalah meningkatkan peran serta keluarga selama proses rehabiltasi pasien pasca stroke, menurunkan angka kejadian decubitus pasien stroke, meningkatkan angka ketergantungan parsial dari ketergantungan total pada pasien stroke di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Sasaran inovasi Blitar Serasi saat ini adalah pasien stroke primer paska akut.