Inovasi ini sudah disosialisasikan di lingkungan fasilitas kesehatan (faskes). Baik rumah sakit swasta maupun faskes dibawah naungan pemerintah daerah. Puncaknya, Kemarin (28/8), Bupati Rijanto menandai dimulainya pelaksanaan inovasi kartu pintar A BiSMO ini di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngudi Waluyo.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Rijanto berharap inovasi ini didukung oleh semua pihak. Tidak hanya oleh insan dilingkungan kesehatan, masyarakat juga turut andil bagian dalam rangka mencegah kekebalan atau mutasi kuman. " penggunaan antibiotika dengan bijaksana adalah tanggungjawab dan tugas kita bersama. Kita kompak, pasti bisa," katanya.
Bupati Rijanto juga menegaskan bahwa pemerintah daerah akan terus berupaya optimal untuk menjaga dan memberikan yang terbaik bagi masyarakatnya. Begitu juga dengan kerja keras serta inovasi yang dimunculkan adalah dedikasi untuk mewujudkan pelayanan maksimal kepada masyarakat. " Dengan sistem ini, harapan kami masyarakat juga ikut mengawasi penggunaan antibiotik. Selain menurunkan angka resistensi atau kuman yang kebal terhadap antibiotik, juga mencegah dampak negatif penggunaan antibiotik jangka panjang," terangnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Ngudi Waluyo, dr Endah Woro Utami,MMRS mengatakan, sejalan dengan inovasi ini pihaknya juga sudah menyediakan sistem khusus untuk mencegah order obat atau antibiotik secara otomatis. Sistem tersebut melibatkan tenaga kesehatan dan apotek di rumah sakit. " Di kartu A BiSMO ini, sudah disediakan kolom untuk isian indkator kenapa pasien harus mendapatkan antibiotika, dosis dan jangka waktu pasien harus minum antibiotika," katanya.
Menurutnya, hal itu sangat penting agar ada kontrol dalam penggunaan antibiotika. Selain itu, secara tidak langsung kartu tersebut juga akan menjadi sarana edukasi kepada masyarakat yang menggunakan antibiotika. " Di kolom indikator itu kan ada penjelasan bagaimana kasus yang dialami pasien sehingga mereka butuh antibiotika. Jadi kami yakin lambat laun masyarakat akan sadar bagaimana cara yang tepat menggunakan antibiotika," imbuhnya.
Woro mengungkapkan, resistensi atau kekebalan kuman adalah kabar buruk. Sebab, mutasi kuman berarti harus ada obat baru yang lebih efektif untuk membunuh kuman tersebut. Bukan hanya soal biaya mahal, namun dampak kekebalan virus bisa memicu cacat bahkan kematian. " Belum lagi kalau sampai virus itu menular. WHO memprediksi tahun 2050 akan ada kematian masal karena resistensi antibiotika. Untuk itu, mari bersama sama melakukan pengawasan dan bijaksanalah dalam menggunakan antibiotika," tuturnya.
Selama ini antibiotik menjadi sarana yang cukup efektif dalam membuntuh kuman. Sayangnya, aturan pakai penggunaannya tidak diperhatikan secara seksama. Padahal, itu merupakan sarana kuman untuk bermutasi dan kebal terhadap antibiotika. " Misalnya, anjuran dokter 5 hari, tapi dalam 2 haris sakit sudah sembuh dan antibiotikanya tidak diminum lagi. Padahal yang mati itu hanya kuman yang sebenarnya sudah lemah, sisanya bisa bermutasi. Makanya, untuk flu dan batuk sebenarnya tidak harus pakai antibiotika. Boleh pakai antibiotika, setelah ditunjang observasi dokter dan uji laboratorium," jelas Woro.
Pihaknya berharap dukungan banyak pihak untuk mensukseskan program atau inovasi tersebut. Tidak hanya masyarakat, namun juga faskes di blitar raya dengan inovasi sejenis yang memiliki semangat sama untuk mengurangi penggunaan antibiotika. “ bentuk atau nama inovasinya boleh berbeda tapi tujuannya sama,” pungkasnya.
Inovasi Kartu Pintar A BiSMO (Antibiotik Stop Mengorder Otomatis) RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
WLINGI - Penggunaan antibiotika secara bijaksana menjadi hal mutlak di dunia kesehatan. Sebab, ada dampak negatif untuk jangka panjang jika tidak tepat dalam mengaplikasikannya. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Blitar melucurkan kartu pintar A BiSMO (Antibiotik Stop Mengorder Otomatis). Selain mencegah resistensi atau mutasi kuman, inovasi ini juga menjadi sarana untuk edukasi kepada masyarakat dalam menggunakan antibiotik.
